Toleransi bukanlah teologi, melainkan sikap etika bermasyarakat atau bersosialisasi di tengah masyarakat yang majemuk. Etika ini harus tetap dibangun di atas prinsip-prinsip kebenaran. Hal ini dimaksudkan agar toleransi yang harus diselenggarakan tidak mengorbankan iman Kristen. Dalam perspektif Kristen, etika toleransi adalah etika yang bersumber pada prinsip-prinsip kebenaran teologi Kristen yang beralas pada Alkitab. Tetapi ternyata etika ini bertentangan dengan apa yang diusulkan oleh kaum Pluralis Kristen, yaitu membangun etika toleransi yang sifatnya universal, atau yang juga sering disebut sebagai Etika Global.
Etika Pluralis adalah etika yang didasarkan pada semua prinsip-prinsip kebenaran yang diakui oleh semua agama-agama yang ada di dunia. Pandangan kaum Pluralis tersebut secara langsung menyangkal kebenaran absolut dari Alkitab. Hal ini akan membawa dampak dimana misi penginjilan secara otomatis digugurkan atau tidak lagi dibutuhkan. Menurut kaum pluralis, misi penginjilan pada dasarnya dianggap sebagai perusak harmonisasi hidup bersama dalam masyarakat majemuk. Mereka berharap setiap agama eksis dengan keyakinannya tanpa harus diganggu oleh teologia Kristen, yang menyatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus.
Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya kebenaran yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda, dari masing-masing pengikut agama. Seorang pemikir berkomentar bahwa perbedaan-perbedaan antar agama adalah bukan masalah kebenaran dan ketidakbenaran, tetapi pada perbedaan persepsi terhadap kebenaran. Dalam hal ini perbedaan persepsi tidak perlu dipertentangkan, karenanya dianggap tidak perlu dikonfrontir. Perbedaan persepsi ini dianggap oleh mereka bukan perbedaan yang prinsip. Pandangan ini tidak benar, sebab sesungguhnya perbedaan bukan hanya pada persepsi masing-masing pengikut agama semata-mata, tetapi juga pada isi masing-masing agama, yang kalau jujur harus diakui bahwa setiap agama akan mengklaim memiliki kebenaran yang paling benar atau mutlak tidak salah. Kebenaran-kebenaran tersebut saling bertentangan secara tajam atau memiliki berbagai paradok yang tidak dapat disatukan. Mustahil dapat disatukan.
Selain
pluralisme agama, ada juga pluralisme teologis. Pluralisme teologis,
ialah “sikap menerima semua bentuk dan hasil penafsiran tentang iman
dalam kehidupan gereja Tuhan”. Kaum pluralis membuang teologi yang
menjunjung tinggi keeksklusifan kekristenan yang bertolak dari finalitas
Yesus. Teologi yang diupayakan kaum pluralis adalah teologi yang tidak
hanya bersumber dari Alkitab, tetapi juga di luar Alkitab. Teologi
mereka melahirkan teologi yang bukan dari Alkitab, tetapi bukan pula
dari kitab agama lain. Bukan dari teologi Kristen, bukan pula teologi
agama lain. Bukan putih, bukan pula hitam, melainkan gabungan dari semua
kebenaran yang ada yang dianggap kebenaran. Pandangan ini melahirkan
sikap relativisme. Relativisme mengatakan bahwa kebenaran adalah
relatif. Relativisme telah menguasai hampir semua bidang kehidupan dan
penelitian, juga bidang agama dengan mencanangkan bahwa tidak ada
kebenaran yang mutlak. Dianjurkan suatu agama tidak boleh mengklaim
bahwa dirinya paling benar, ia harus juga mengakui adanya kebenaran
dalam agama lain. Kalau kekristenan menerima hal ini, maka berarti
mengakui bahwa ada keselamatan di luar Kristus. Ini salah. By-(truth)
Amin Semangat Pagi Berkarya, Tuhan Yesus Memberkati Shalom (שלום).
Sumber : https://www.facebook.com/groups/232357956857235/permalink/873506969408994/
By : Soewarno Almasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar