Panggilan Sorgawi
KITAB FILIPI ADALAH surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat atau
orang-orang Kristen di kota Filipi kira-kira pada tahun 50 sampai 60
Masehi (20-30 tahun setelah Tuhan Yesus naik ke surga). Ketika Paulus
menulis surat Filipi ini, ia sedang ada dalam penjara, kemungkinan besar
penjara yang ada di di Roma, sebab waktu itu Paulus di penjara di kota
Roma.
Sayang
sekali, banyak orang tidak mengerti panggilan surgawi ini. Banyak orang
Kristen menjalani hidup bukan karena panggilan surgawi tetapi karena
panggilan duniawi, yaitu bagaimana bisa membangun karir, memiliki
pendidikan, mempunyai pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan, menikah,
memiliki anak, memilih menantu, mempunyai cucu dan seterusnya. Padahal
itu hanyalah panggilan duniawi. Panggilan surgawi adalah usaha untuk
menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya. Berbicara mengenai menjadi
seorang yang berkenan kepada Tuhan, sebenarnya sesuatu yang sangat
abstrak. Kalau hidup yang sesuai dengan hukum atau peraturan, hal itu
mudah dipahami sebab hukum tertulis, tetapi hidup yang sesuai dengan
kehendak Tuhan atau berkenan kepada-Nya adalah sesuatu yang sulit
dipahami sebab berdasarkan “selera” Tuhan. Sesuai dengan selera Tuhan
atau sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Dalamnya laut dapat
diduga hati orang siapa tahu, apalagi hati Tuhan bagaimana bisa tahu?
Tetapi Tuhan telah memberikan Roh Kudus di dalam diri kita yang
memampukan kita melakukan kehendak-Nya.
Kalau kita percaya bahwa
ada Allah yang menciptakan langit dan bumi termasuk menciptakan
kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik
Tuhan sebagai Pencipta. Banyak orang tidak menyadari hal ini atau
jujurnya tidak mau menerima kenyataan ini. Kalau dikatakan bahwa Iblis
itu pencuri4 artinya bahwa Iblis adalah oknum yang mengambil apa yang
bukan miliknya. Berkenaan dengan hubungannya dengan Allah, berarti Iblis
ini adalah oknum yang menguasai hidupnya untuk diri sendiri yang
seharusnya dipersembahkan bagi Allah. Ia mau menguasai takhta Allah.5
Manusia yang hidup sesuka hatinya sendiri juga sama seperti Iblis yang
hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki Allah. Hidup dengan
cara seperti ini juga dimiliki oleh banyak orang hari ini yaitu
membangun takhtanya sendiri yaitu mau hidup sesuka hatinya sendiri. Oleh
sebab gaya hidup “sesuka hati sendiri” sudah menjadi gaya hidup semua
orang, maka gaya hidup itu dianggap wajar. Kita pun sering tanpa sadar
juga sudah terbiasa dengan gaya hidup tersebut.
Alkitab
mengajarkan siapa pemilik kehidupan ini dan bagaimana harus
mengembalikannya kepada Tuhan sebagai pemiliknya. Dalam Yohanes 1:10-12,
Yohanes menyaksikan bahwa Firman itu yaitu Tuhan Yesus adalah pemilik
kehidupan yang telah menjadi manusia. Ia datang untuk menyelamatkan
manusia artinya hendak mengembalikan manusia menjadi manusia seperti
rancangan Allah yang semula. Rancangan semula Allah adalah menciptakan
manusia yang mengerti apa yang diinginkan oleh Allah Bapa; segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan pikiran dan
perasaan-Nya atau sesuai dengan selera-Nya. Itulah tujuan manusia
diciptakan, yaitu agar manusia tanpa tekanan hukum dan peraturan bisa
bertindak atau berperilaku sesuai dengan keinginan Tuhan. Pada dasarnya
kehidupan sebagai musafir adalah mengupayakan tujuan Allah atas hidup
ini terwujud dalam kehidupan ini. (Truth) Amin Semangat Pagi Berkarya
Tuhan Yesus Memberkati Shalom.
1) Filipi 3:7-9 ; 2) Filipi 3:10-11 ; 3) Filipi 3:14 ; 4) Yohanes 10:10 ; 5) Yesaya 14:13-14
Dikutip dari Group FB Belajar Alkitab by : Soewarno Almasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar