Selasa, 27 Oktober 2015

Panggilan Sorgawi

 Panggilan Sorgawi

KITAB FILIPI ADALAH surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat atau orang-orang Kristen di kota Filipi kira-kira pada tahun 50 sampai 60 Masehi (20-30 tahun setelah Tuhan Yesus naik ke surga). Ketika Paulus menulis surat Filipi ini, ia sedang ada dalam penjara, kemungkinan besar penjara yang ada di di Roma, sebab waktu itu Paulus di penjara di kota Roma.
 Di dalam suratnya Paulus menyaksikan pengalaman pribadinya dengan Tuhan, khususnya dalam Filipi 3. Isi Filipi 3 adalah pengalaman Paulus bertemu dengan Tuhan. Pertemuan dan pengenalan pribadi Paulus dengan Tuhan membuat cara Paulus memandang keindahan dunia berubah. Keindahan dunia menjadi tidak berarti lagi di dalam pemandangan matanya.1 Setelah Paulus mengenal Tuhan Yesus, kerinduannya adalah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana dirinya menjadi serupa dengan Tuhan Yesus dalam kematian-Nya dan supaya dirinya akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.2 Kesimpulannya, setelah mengenal Tuhan Yesus, ia merindukan untuk menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya atau melakukan kehendak Allah. Itulah sebenarnya yang dimaksud dengan panggilan surgawi.3
Sayang sekali, banyak orang tidak mengerti panggilan surgawi ini. Banyak orang Kristen menjalani hidup bukan karena panggilan surgawi tetapi karena panggilan duniawi, yaitu bagaimana bisa membangun karir, memiliki pendidikan, mempunyai pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan, menikah, memiliki anak, memilih menantu, mempunyai cucu dan seterusnya. Padahal itu hanyalah panggilan duniawi. Panggilan surgawi adalah usaha untuk menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya. Berbicara mengenai menjadi seorang yang berkenan kepada Tuhan, sebenarnya sesuatu yang sangat abstrak. Kalau hidup yang sesuai dengan hukum atau peraturan, hal itu mudah dipahami sebab hukum tertulis, tetapi hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan atau berkenan kepada-Nya adalah sesuatu yang sulit dipahami sebab berdasarkan “selera” Tuhan. Sesuai dengan selera Tuhan atau sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Dalamnya laut dapat diduga hati orang siapa tahu, apalagi hati Tuhan bagaimana bisa tahu? Tetapi Tuhan telah memberikan Roh Kudus di dalam diri kita yang memampukan kita melakukan kehendak-Nya.
Kalau kita percaya bahwa ada Allah yang menciptakan langit dan bumi termasuk menciptakan kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik Tuhan sebagai Pencipta. Banyak orang tidak menyadari hal ini atau jujurnya tidak mau menerima kenyataan ini. Kalau dikatakan bahwa Iblis itu pencuri4 artinya bahwa Iblis adalah oknum yang mengambil apa yang bukan miliknya. Berkenaan dengan hubungannya dengan Allah, berarti Iblis ini adalah oknum yang menguasai hidupnya untuk diri sendiri yang seharusnya dipersembahkan bagi Allah. Ia mau menguasai takhta Allah.5 Manusia yang hidup sesuka hatinya sendiri juga sama seperti Iblis yang hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki Allah. Hidup dengan cara seperti ini juga dimiliki oleh banyak orang hari ini yaitu membangun takhtanya sendiri yaitu mau hidup sesuka hatinya sendiri. Oleh sebab gaya hidup “sesuka hati sendiri” sudah menjadi gaya hidup semua orang, maka gaya hidup itu dianggap wajar. Kita pun sering tanpa sadar juga sudah terbiasa dengan gaya hidup tersebut.
Alkitab mengajarkan siapa pemilik kehidupan ini dan bagaimana harus mengembalikannya kepada Tuhan sebagai pemiliknya. Dalam Yohanes 1:10-12, Yohanes menyaksikan bahwa Firman itu yaitu Tuhan Yesus adalah pemilik kehidupan yang telah menjadi manusia. Ia datang untuk menyelamatkan manusia artinya hendak mengembalikan manusia menjadi manusia seperti rancangan Allah yang semula. Rancangan semula Allah adalah menciptakan manusia yang mengerti apa yang diinginkan oleh Allah Bapa; segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya atau sesuai dengan selera-Nya. Itulah tujuan manusia diciptakan, yaitu agar manusia tanpa tekanan hukum dan peraturan bisa bertindak atau berperilaku sesuai dengan keinginan Tuhan. Pada dasarnya kehidupan sebagai musafir adalah mengupayakan tujuan Allah atas hidup ini terwujud dalam kehidupan ini. (Truth) Amin Semangat Pagi Berkarya Tuhan Yesus Memberkati Shalom.
1) Filipi 3:7-9 ; 2) Filipi 3:10-11 ; 3) Filipi 3:14 ; 4) Yohanes 10:10 ; 5) Yesaya 14:13-14

Dikutip dari Group FB Belajar Alkitab by  : Soewarno Almasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar