KEKRISTENAN BUKAN AGAMA
Kalau kita konsekuen
mengakui bahwa Kekeristenan bukanlah agama, maka kita harus
menghilangkan unsur-unsur agamani yang merusak kemurnian iman Kristen.
Hal ini bukan sesuatu yang mudah, karena pola keberagamaan Kristen yang
telah bertahun-tahun mengakar dalam kehidupan orang Kristen dan peta
pikiran mengenai keimanan sudah terbentuk begitu kokoh.
Fakta-fakta dalam Kekristenan telah menjadi kausalitas tetap kokohnya konsep kekristenan yang sama dengan keberagamaan. Kenyataan doktrin-doktrin gereja dan pola pikir rohaniwan yang disejajarkan dengan Alkitab. Kewibawaan Alkitab sebenarnya telah dirongrong oleh pola pikir yang salah tersebut, khususnya oleh tokoh-tokoh Kristen yang mengaku telah menerima pengajaran langsung dari Tuhan. Tanpa mereka sadari, mereka telah mengobrak-abrik pengajaran murni yang seharusnya dipahami jemaat. Pada umumnya mereka memiliki peta berpikir keimanan yang tidak Alkitabiah. Ciri kehidupan hamba-hamba Tuhan seperti ini selain tidak melakukan penggalian yang benar terhadap Alkitab, juga ketidaksanggupannya hidup dalam kesederhanaan seperti Yesus. Bagaimanapun, pengajaran yang benar akan memindahkan hati ke Kerajaan Surga. Fokusnya adalah kekekalan. Pikiran sudah tertaruh dalam Kerajaan Bapa di surga.1 Bila fokusnya kepada kekekalan, maka ia tidak akan berbangga dengan perkara-perkara lahiriah.
Fakta-fakta dalam Kekristenan telah menjadi kausalitas tetap kokohnya konsep kekristenan yang sama dengan keberagamaan. Kenyataan doktrin-doktrin gereja dan pola pikir rohaniwan yang disejajarkan dengan Alkitab. Kewibawaan Alkitab sebenarnya telah dirongrong oleh pola pikir yang salah tersebut, khususnya oleh tokoh-tokoh Kristen yang mengaku telah menerima pengajaran langsung dari Tuhan. Tanpa mereka sadari, mereka telah mengobrak-abrik pengajaran murni yang seharusnya dipahami jemaat. Pada umumnya mereka memiliki peta berpikir keimanan yang tidak Alkitabiah. Ciri kehidupan hamba-hamba Tuhan seperti ini selain tidak melakukan penggalian yang benar terhadap Alkitab, juga ketidaksanggupannya hidup dalam kesederhanaan seperti Yesus. Bagaimanapun, pengajaran yang benar akan memindahkan hati ke Kerajaan Surga. Fokusnya adalah kekekalan. Pikiran sudah tertaruh dalam Kerajaan Bapa di surga.1 Bila fokusnya kepada kekekalan, maka ia tidak akan berbangga dengan perkara-perkara lahiriah.
Sementara itu banyak
orang yang dianggap sebagai pengajar yang baik karena melewati jenjang
pendidikan teologia, ternyata hanya mengolah Firman Tuhan sebagai salah
satu bidang disiplin ilmu pengetahuan semata-mata. Di antara mereka
dengan arogansinya bersikap seolah-olah Tuhan dapat diformulasikan. Di
antara mereka nampak keengganannya meninggalkan pola berpikir akademisi
yang mereka peroleh bertahun-tahun di bangku sekolah tinggi teologia,
sehingga mereka terkungkung di sana. Padahal kebenaran Firman Tuhan
harus progresif dipahami dan terus bergerak untuk mencapai pemahaman
terhadap apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Dalam hal ini
bukan berarti tidak mungkin meninggalkan pola berpikir agamani, kita
tetap bisa melakukannya kalau kita mengerti prinsip-prinsip inti Injil.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk kembali kepada kemurnian Injil
atau kekristenan adalah tidak memandang kehidupan bangsa Istrael sebagai
standar hidup orang percaya. Untuk itu kita harus memandang Perjanjian
Lama dengan benar. Kita harus memperlakukan kitab Perjanjian Lama
sepantasnya atau pada proporsinya. Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama harus
dipahami sesuai dengan konteksnya dan tidak menjadikannya sebagai
kalimat sakti, seperti agama-agama tertentu di dunia ini memandang
ayat-ayat kitab sucinya. Kegagalan seseorang tidak mengerti hal ini,
akan menjerumuskannya kepada pemahaman atau konsep-konsep teologia yang
tidak Alkitabiah.
Selama ini semua ide, pandangan atau teologia
yang didasarkan pada satu atau dua ayat dalam Alkitab sudah dianggap
benar. Masalahnya bukan pada deret-deret ayat yang disusun untuk menjadi
landasan pandangan, tetapi apakah pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut
sudah benar? Apakah kita mempelajari konteks ayat tersebut? Untuk
menemukan pandangan teologia yang sesuai dengan Injil yang murni, kita
harus mendasarkan teologia kita pada karya keselamatan dalam Yesus
Kristus. Tuhan Yesus Kristuslah landasan atau dasar dari semua pandangan
kita. Setiap pandangan teologia harus diverifikasi oleh karya
keselamatan dalam Yesus Kristus atau pengajaran Tuhan Yesus dalam
Perjanjian Baru. Itulah sebabnya penginjilan tidak dimulai dari
mempelajari Perjanian Lama, tetapi berita keselamatan dalam Yesus
Kristus dan prinsip-prinsip pengajaran-Nya. Selanjutnya untuk
memperdalam kebenaran Tuhan, harus melihat Perjanjian Lama. Ketika
seseorang mendalami Alkitab dari Perjanjian Lama, maka imannya makin
diteguhkan dan pengertiannya makin mendalam dan dewasa. (truth) Amin
Semangat Pagi Berkarya Tuhan Yesus Memberkati Shalom.
1) Matius 6:19-22
Dikutip dari : https://www.facebook.com/groups/232357956857235/permalink/958592300900460/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar